Senin, 17 Oktober 2011

blok 1 UP 1

Learning Objective :
1. apa yang dimaksud dengan TCL dan SCL beserta kelebihan dan kekurangannya?
2. apa saja metode pembelajaran dari SCL dan di definisikan?
3. apa yang di maksud dengan seven jumps dan cara penerapannya?
4. sumber informasi apa saja yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran?

Pembahasan Learning Objective:
1. Definisi TCL (Teacher Centered Learning)
 adalah model pembelajaran dimana dosen lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar dalam bentuk ceramah, pada saat mengikuti kuliah / mendengar ceramah mahasiswa sebatas memahami sambil membuat catatan bagi yang merasa perlu.
Definisi SCL(Student Centered Learning)
 merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai peserta didik aktif dan mandiri dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajaran serta mampu belajar “Beyond The Classrom”.
 Merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran.
a. TCL(Teacher Centered Learning)
• Kelebihan:
a. Informasi dapat diberikan kepada sejulmah besar mahasiswa dalam waktu yang singkat
b. pengajaran mengandalkan organisasi,materi, dan waktu sepenuhnya.
c. menyediakan forum bagi pakar untuk mengutarakan pengelamannya
d. apabila kuliah di berikan dengan baik maka dapat menimbulkan inspirasi bagi mahasiswa.
e. pada umumnya memungkinkan untuk mrnggunakan metode assessment secara cepat dan mudah.
• kekurangan:
a. pengajar atau instruktur mengendalikan pengetahuan sepenuhnya.
b. terjadi komunikasi satu arah.
c. tidak kondusif untuk terjadinya critical thinking.
d. mendorong terjadinya pembelajaran secara pasif.
e. untuk sebagian besar mahasiswa bukanlah cara pembelajaran yang optimal.

b. SCL(Student Centered Learning)
• kelebihan:
a. menyertakan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
b. mendorong mahasiswa untuk memiliki pengetahuan yang lebih luas/banyak/dalam.
c. menjalin mahasiswa dengan kehidupan nyata.
d. mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif.
e. mendorong taerjadinya critical thinking
f. mengarahkan mahasiswa untuk mengenali dan menggunakan berbgai macam gaya belajar.
g. memperhatikan kebutuhan latar belakang mahasiswa
h. member kesempatan untuk pengembangan berbagai strategi assessment.
• kekurangan:
a. untuk mahasiswa dalam jumlah besar lebih sulit diimplementasikan
b. ada kemungkinan menggunakan waktu yang lebih banyak
c. belum tentu efektif untuk seluruh kurikulum
d. belum tentu sesuai untuk mahasiswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri dan demokratis.

2. Metode-metode yang termasuk kedalam SCL(Student Centered Learning)
a. Individualistic/independent learning adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual peserta didik. Hal ini dilakukan karena pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan di antara para peserta didik. Individual learning merujuk pada perubahan keahlian, wawasan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pengalaman, wawasan, dan observasi (Marquardt, 1996).
b. Cooperative learning merupakan suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada pemberdayaan peserta didik untuk saling belajar melalui pembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka dapat bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun peserta didik lainnya secara lebih efektif. Coopreative learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan metode interaktif dan bukan proses pembelajaran satu arah. Untuk membentuk kondisi tersebut peserta didik didorong atau dimotivasi untuk bekerja dalam kelompok, baik melalui kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran ini menekankan terjadinya proses kooperasi dan kolaborasi diantara sesama peserta didik dan bukan terjadinya persaingan antar peserta didik
c. Collaborative learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan secara berkelompok. Oleh karena dilakukan secara berkelompok, maka nuansa individual tidak terlihat secara nyata. Sharing gagasan dan pengetahuan untuk meningatkan kualitas pembelajaran bersama merupakan hakekat collaborative learning. Mutu pembelajaran terletak pada interaksi yang maksimal antarpeserta didik di dalam kelompoknya. Interakasi tersebut diwujudkan dengan cara bertukar pikiran, berdebat atau berdiskusi sehingga memperluas wawasan/wacana peserta didik. Collabortaive learning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran kooperatif dan kompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak diarahkan hanya pada satu kesepakatan tertentu.Collaborative learning adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar peserta didik yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.
d. Competitive learning Secara umum competitive learning dapat diartikan sebagai berikut: apabila seorang peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, sedangkan mahasiswa lainnya gagal mencapai sasaran/tujuan tersebut (Johnson and Johnson, 1991). Competitive learning ini bisa dilaksanakan dalam bentuk kompetisi antarindividu atau persaingan antarkelompok. Fasilitator harus pandai memilih metoda kompetisi yang tidak bersifat merusak (destruktif) tetapi memilih yang bersifat membangun (konstruktif). Competetive learning merupakan metoda yang cukup tepat diterapkan dalam kelas pada saat dilakukan proses review dari materi yang dipelajajari/dibahas sebelumnya. Cara ini dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan penyelesaian masalah/persoalan yang timbul pada proses pembahasan suatu pokok bahasan. Persaingan antarkelompok dapat dilihat sebagai strategi kompetisi yang tepat untuk memperbanyak jumlah “pemenang”. Hal ini juga cukup penting untuk menjamin kelompok yang homogen untuk memperbesar peluang menciptakan kelompok pemenang. Di dalam competitive learning para mahasiswa dapat memformulasikan terminologi dan aturan mereka sendiri, serta memberikan kepada mereka “kepemilikan” aktivitas mereka tersebut (Johnson & Johnson, 1991).
e. Active learning adalah aktivitas yang dikerjakan oleh peserta didik di dalam mau pun di luar kelas, tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan fasilitator. Active learning adalah proses dimana peserta didik terlibat lebih banyak di dalam penugasan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Collaborative learning, Cooperative learning, problem based learning, case based learning dan simulasi merupakan contoh pembelajaran yang menerapkan active learning. Active learning mengacu pada teknik di mana peserta didik melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan hanya mendengarkan fasilitator. Peserta didik melakukan beberapa hal termasuk menemukan, mengolah, dan menerapkan informasi. Pembelajaran aktif diturunkan dari dua asumsi dasar : (a) pembelajaran dilaksanakan secara alami melalui usaha secara aktif, dan (b) peserta didik yang beragam belajar dengan gaya belajar yng beragam pula (Meyers dan Jones, 1993). Hal yang sangat penting untuk diingat adalah, bahwa pengajar perlu mengetahui kondisi kelas dan peserta didik, serta tidak seharusnya pembelajaran aktif diselenggarakan tanpa makna dan tujuan. Elemen dari pembelajaran aktif adalah berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan merefleksikan (Meyers dan Jones,
f. Self-directed learning adalah cara pembelajaran di mana peserta didik mengambil inisiatif dan tanggung jawab tentang pembelajaran. Dalam SDL peserta didik sendiri yang menentukan bahan ajar, mengelola dan menilai proses pembelajaran dan hasilnya. SDL dapat dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, memakai cara pembelajaran yang bebas dipilih sendiri. SDL juga dapat didefinisikan sebagai proses pembelajaran di mana peserta didik secara individual mengambil inisiatif tanpa atau dengan bantuan orang lain, untuk mendiagnosis kebutuhan belajarnya, memformulasi tujuan pembelajarannya, mengidentifikasi sumber belajarnya, menentukan dan melaksanakan strategi pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Apakah suatu cara pembelajaran masuk dalam kategori SDL, tidak bergantung pada bahan ajar atau cara pembelajaran yang dipakai. Sifat SDL dari suatu pembelajaran bergantung pada siapa yang mengatur atau menentukan: bahan apa yang harus dipelajari, siapa yang harus mempelajarinya, cara pembelajaran dan sumber belajar yang akan dipakai, dan bagaimana hasil pembelajaran akan dievaluasi. Bila hal di atas ditentukan oleh peserta didik maka proses pembelajaran tersebut masuk dalam Self Directed Learning. Walaupun demikian SDL dapat juga dilaksanakan dalam bentuk kerjasama antara pengajar dan peserta didik; pembelajaran seperti ini masih dapat dikategorikan sebagai SDL apabila pengajar hanya membantu dalam proses pembelajaran tetapi tidak memberikan mataeri atau bahan ajar.
g. Project based learning adalah merupakan salah satu metode student-centered learning (SCL) yang mengintegrasikan penelitian di dalam proses pembelajaran. RBL bersifat multifaset yang mengacu kepada berbagai macam metode pembelajaran. Aktivitas RBL didasarkan pada pertanyaan masalah yang selanjutnya menuntun peserta didik
h. Case based learning atau pembelajaran berbasis kasus mulai dikenalkan di pendidikan tinggi hukum pada akhir tahun 1800-an. Pembelajaran jenis ini kemudian dikenalkan pula di sekolah tinggi ekonomika pada awal tahun 1900-an. Latar belakang akademik CBL adalah upaya mendekatkan jarak antara peserta didik dengan dunia nyata yang kelak akan dijumpainya; dalam hal ini peserta didik bertindak selaku subyek pembelajaran aktif. Dengan demikian kepada para peserta didik perlu disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya.
i. Problem based learning adalah suatu metoda pembelajaran di mana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered. Baik content maupun proses pembelajaran sangat ditekankan dalam PBL. Selama 30 tahun terakhir muncul banyak varian PBL namun demikian elemen pokok PBL tidak mengalami perubahan. Pada umumnya PBL dipahami sebagai suatu strategi instruksional di mana Buku Putih SCL-STAR Pusat Pengembangan Pendidikan UGM METODE SCL DAN STAR 50 E:\BUKU Panduan pelaksanaan SCL- STAR.docx (270 Kb), Last saved: Rabu, 02 Februari 2011 mahasiswa mengidentifikasi pokok persoalan (issues) yang dimunculkan oleh masalah yang spesifik. Pokok persoalan tersebut membantu dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masalah tadi serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan. Fokus bahasan berupa masalah (biasanya tertulis) yang meliputi “phenomena that need explanation”. Kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru melalui pembahasan masalah tadi dikenal sebagai “problem first learnin”.

3. Seven jumps adalah langkah-langkah terstruktur guna mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan msupsun tujusn belajar yang lebih dari itu.
• Langkah-langkah dalam seven jumps:
1. Langkah 1: menjelaskan istilah konsep
Menguraikan dan menjelaskan semua masalah dan konsep yang ada di dalam scenario yang belum dipahami artinya, sehingga semua anggota kelompok memiliki pandangan yang sama.
2. Langkah 2: menetapkan kata kunci dan mendefinisikan sebagai masalah
Kelompok harus menyepakati fenomena/gejala/masalah yang harus dijelaskan lebih lanjut. Masalah (satu atau lebih) tersebut diformulasikan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan masalah hendaknya memuat kata kunci.
3. Langkah 3: brainstorming
“Prior knowledge” dari semua anggota kelompok diaktifkan dan diungkapkan dalam langkah ini. Sebanyak mungkin penjelasan dan hipotesis tentang masalah harus dikemukakan. Pendapat dan hipotesisi tentang masalah harus di kemukakan. Pendapat dari semua anggota kelompok diterima, tampa harus dikaji secra mendalam.
4. Langkah 4: menganalisis masalah dan membuat skema masalah
Semua pendapat dan hipotesis yang di kemukakan oleh anggota kelompok dalam langkah 3 dibahas seara mendalam dan dianalisis/dikupas secara sistematik. Pendapat-pendapat tersebut diurutkan dan di hubung-hubungkan satu dengan yang lain.
5. Langkah 5: merumuskan sasaran/tujuan belajar
Berdasarkan pada ketidakjelasan dan kontradiksi yang muncul dari langkah analisis masalah, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai dasar aktifitas belajar untuk semua anggota kelompok, diterapkan sebagai tujuan pembelajaran.
6. Langkah 6: belajar mandiri(mengumpulkan Informasi)
Dalam langkah “belajar mandiri” , setiap anggota kelompok mencari literature yang berhubungan dengan dan dapat menjawab pertanyaan tujuan pembelajaran. Setelah mempelajari literature-literatur tersebut ,masing-masing anggota kelompok mempersiapkan diri untuk melaporkan apa yang mereka temukan pada kelas tutorial berikutnya.
7. Langkah 7: melaporkan masalah dan mendiskusikan informasi baru Jenis-jenis sumber pembelajaran yang digunakan selama “belajar mandiri” dikemukakan. Pembahasan tentang tujuan pembelajaran didasarkan pada studi literature yang telah dilakukan oleh semua anggota kelompok. Kelompok mengupas secara tuntas informasi baru yang telah mereka temukan yang berasal dari berbagai sumber dan kemudian mensinergikannya.
4. Sumber-sumber informasi yang dapat dijadikan sumber pembelajaran antara lain: Buku,jurnal,CD ROM, kaset video , dan akses Internet














Daftar pustaka
Harsono, 2004. Pengantar Problem Based Learning, Medika Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Harsono, dan Dwiyanto, D., 2005. Pembelajaran berpusat mahasiswa. Pusat Pengembangan pendidikan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hadi Rahmini, 2007. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Insania, STAIN Purwokerto, Purwokerto
Priyatmojo Achmadi dkk, 2010. Buku Panduan Pelaksanaan Student Centered Learning (SCL) dan Student Teacher Aesthetic Role-Sharing (STAR). Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Wayan T Artama dkk. 2011. Standar Operasional Prosedur Akademik FKH UGM. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta